BANGKINANG KOTA– Dalam upaya menyinergikan implementasi kebijakan wajib belajar satu tahun pra-sekolah, Pokja Bunda PAUD Kabupaten Kampar berkolaborasi dengan Kabupaten Bengkalis dan Pelalawan menyelenggarakan sharing session melalui Zoom Meeting.
Kegiatan yang digelar pada Selasa (14/10/2025), mengusung pemanfaatan kearifan lokal dalam pelaksanaan wajib belajar pra-sekolah ini diikuti secara antusias oleh 161 peserta yang terdiri dari guru, kepala TK, dan perwakilan orang tua dari ketiga kabupaten.
Acara yang dimoderatori oleh Assoc. Prof. Dr. Molli Wahyuni, S.Si., M.Pd. ini dibuka dengan pemaparan dari Taufiq Wahyudisyah, S.Pd., M.Si, selaku Kabid PAUD Disdikpora Kabupaten Kampar dan Ketua Pokja Bunda PAUD Kabupaten Kampar. Dalam paparannya, Taufiq menekankan pentingnya mengintegrasikan kearifan lokal dalam kurikulum pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai budaya sejak dini. “Kita memiliki kekayaan budaya yang luar biasa, mulai dari cerita rakyat, permainan tradisional, hingga lagu daerah yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang menyenangkan bagi anak,” ujarnya.
Selanjutnya, Ny. Akna Juita Bustami, Ketua Pokja Bunda PAUD Kabupaten Bengkalis, berbagi pengalaman tentang strategi melibatkan masyarakat dalam program wajib belajar pra-sekolah. Ia mencontohkan bagaimana dongeng dan permainan tradisional setempat berhasil menarik minat anak untuk bersekolah. “Dengan pendekatan yang dekat dengan keseharian anak, budaya lokal yang kami miliki proses belajar menjadi lebih bermakna,” jelasnya.
Sementara itu, Fenjli Harmasni, M.Pd., Kabid PAUD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pelalawan, memaparkan inovasi pembelajaran berbasis kearifan lokal yang telah diterapkan di daerahnya, termasuk penggunaan alat permainan edukatif dari bahan alam dan pengenalan kuliner tradisional sebagai bagian dari muatan lokal.
Acara yang berlangsung interaktif ini diwarnai dengan sesi tanya jawab yang hidup. Para peserta saling berbagi tantangan dan solusi dalam menyukseskan program wajib belajar pra-sekolah, mulai dari kendala akses di daerah terpencil, keterbatasan sarana prasarana, hingga strategi mendorong partisipasi orang tua. Salah satu guru dari Kampar menyampaikan, “Dengan memanfaatkan kearifan lokal, anak-anak justru lebih antusias belajar karena merasakan langsung kaitan antara materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.”
Kegiatan ditutup dengan komitmen bersama untuk terus bersinergi, saling mendukung, dan mengoptimalkan potensi lokal masing-masing daerah guna memastikan program wajib belajar satu tahun pra-sekolah dapat diakses dan bermanfaat bagi seluruh anak, tanpa terkecuali. Melalui kolaborasi semacam ini, diharapkan pendidikan anak usia dini di Riau semakin maju dan berakar pada budaya lokal.(rls/why)
